Menurut ajaran agama Buddha sendiri memberikan penjelasan tentang sifat manusia yang cenderung menggunakan akal sehat (pikiran) untuk dapat membandingkan sesuatu. Misalnya; aku-kamu, siang-malam, pagi-sore, dan lain-lain. Jadi dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa dalam diri manusia itu sendiri harus mengakui bahwa setiap manusia itu memiliki keterbatasan logika dan bahasa realita. Jika didalam diri manusia hanya dapat memahami dunia dan diri kita secara dualistik, maka manusia itu sendiri tidak akan dapat melihat realita yang sesungguhnya dan akan gagal dalam memahami dunia sebagaimana adanya (Willis, 2008: 1).
Masih banyak sekali di dalam kehidupan bermasyarakat masih memandang sebelah mata tentang kaum homoseksual itu sendiri dan diperparah lagi bahwa kaum homoseksual itu sendiri yang hingga sekarang ini masih ada di berbagai belahan dunia ini dianggap sebagai umat Luth. Namun berbeda dengan pandangan agama Buddha tentang kaum homoseksual yang bervariasi. Seperti yang dijelaskan pada seminar tanggal 10-22 November 2008 di UGM disebutkan bahwa di dalam Indian Buddhism awal terdapat pandangan bahwa hubungan seks antara kaum homoseksual tidak dibenarkan sebagaimana hubungan seksual antara kaum heteroseksual. Hal ini juga terdapat dalam pandangan Tibet Buddhism tentang yang dianggap salah dalam ajaran Buddha dikarenakan adanya hubungan anal seks. Akan tetapi berbeda dengan Japan Buddhism yang berpandangan tentang hubungan seksual yang menjadi bagian dari ajaran yang menggunakan mudra-mudra sebagai simbol untuk pernyataan cinta hingga hubungan seksual.
Terus sebenarnya yang harus kita lihat adalah bagaimana pandangan ajaran Buddha terhadap gender itu sendiri. Di dalam ajaran Buddha sifat atau potensi kebuddaan dimiliki oleh setiap makhluk hidup dan pencapaiannya tidak memandang perbedaan jenis kelamin. Yang terpenting disini adalah tujuan ajaran Buddha dalam memperjuangkan hak gender adalah pembebasan (Willis, 2008:10). Selain pembebasan dalam memperjuangkan hak gender, ajaran Buddha sendiri juga mendukung adanya gerakan kesetaraan gender.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar