SEBUAH
PENANTIAN
Karya :
arifin suparyadi
Jumat, 20 september 2013
Hari ini seperti biasa saya
berangkat sekolah. Seperti biasa hari jumat setelah jum’atan di masjid Nurul Ikhsan
saya harus melaksanakan kewajiban saya sebagai senior pramuka. Sebelum jum’atan
seperti biasa saya harus menjaga beberapa titik dimana junior-junior yang
selalu kabur atau bolos dalam latihan pramuka.
Bel
berbunyi tanda berakhirnya proses belajar mengajar hari ini. Saya segera
berkeliling, di mulai dari gerbang sampai akhirnya saya di tugaskan untuk
berjaga di tempat parkir siswa kelas X. Lama saya menunggu untuk berjaga .
akhirnya saya putuskan untuk melihat sekeliling lingkungan luar sekolah dengan
memanjat dinding sekolah, tiba-tiba datang seseorang yang belum saya kenal berteriak
dengan nada keras dan berbicara kasar,
aku langsung berbalik dengan emosi. Aku datangi dia dengan emosi, kami saling
beradu kata-kata. Datanglah segerombolan junior yang aku tebak mereka teman
orang yang ada dihadapanku sekarang. Ternyata mereka adalah orang-orang yang
sering bolos dalam latihan pamuka. Aku mencoba untuk tetap tenang, hingga
tongkat yang kupegang kulepaskan. Rasanya saat itu ku ingin menghajar mereka
semua, seperti pengalamanku masa lalu yang suka berantem.
Saat
itu, mulailah aku terpikirkan dia. Dia adalah Any ( bukan nama asli). Sebelum
jadian aku pernah bernadzar untuk bisa menahan emosiku sebisa mungkin. Akhirnya
aku urungkan niatku untuk menghajar mereka dan datanglah senior kelas XII yang
membantuku. “ Tahan emosimu, sekarang kamu merasa kan apa yang pernah saya
lakukan sebelum kamu menjadi senior dalam pramuka. Dulu saya juga sama seperti
kamu, emosi selalu datang. Tapi, ingat ini adalah tugas. Tugas kamu hanya
mencegah mereka pergi bolos, bukan untuk melayaninya. ” Disitu aku langsung
terdiam. Dalam pikiran, aku ambilah sisi positifnya.
Waktu
juma’tanpun telah usai. Aku bergegas berlari ke tempat dimana aku di tugaskan
tadi. Setelah jum’atan tadi rasanya emosionalku reda. Ada banyak orang yang
melintas di depanku, tapi pikiranku entah kemana.
Latihan
pramuka pun dimulai, materi kali ini adalah pengetesan pancasila dan
makna-makna yang terkandung dalam poin-poin pancasila tersebut. Tugasku adalah
mengetes kelas X A3. Dalam pengetesan itu kami saling bercanda, tertawa-tawa dan membahas tentang
pengalaman.
Saat
aku menengok, aku lihat dia sedang duduk mengetes adik-adik kelas X A6. Aku
coba untuk mendekatinya dengan harapan kami bisa bicara walau sebentar. (
Sebenarnya dia sedang marah padaku. Karena apa yang telah aku lakukan padanya
di masa lalu. ) aku bilang padanya “ Waktu tinggal 5 menit lagi ”. Tapi, tak
ada jawaban. Sempat aku berpapasan
dengannya. Tadinya aku ingin pegang tangannya dengan alasan supaya dia berhenti
berjalan. Namun dia melepasnya dan terus berjalan, aku coba untuk mengejarnya
namun sepertinya dia tidak ingin bicara, daripada buat dia tambah marah
akhirnya kulanjutkan lagi tugasku memberi tau mereka untuk segera berkumpul di
lapangan upacara. Aku senang saat melihat dia tersenyum, meskipun ada perasaan
ingin melihatnya tersenyum langsung di dekatku. Tapi tak masalah, melihat dia
seperti itu sudah buatku senang. Akhirnya pramuka pun selesai, aku sms dia
dengan harapan ingin bertemu dengannya. Namun, dia telah pergi.
Di
depan gerbang sekolah aku bertemu dengan temanku, dia melihatku murung. Dia bertanya
” Kenapa atuh ifin, galau mulu.? ”
aku jawab “ Enggak bet.”
“ Eh..eh.. tadi kamu lihat Any enggak..? ” aku
memulai perbincangan.
“ Ooh.. tadi dia udah pulang. ”
“ Oh gitu. ”
aku menjawabnya dengan singkat.
“
Fin.. tadi aku denger kata orang, katanya ada yang ingin deket sama dia. Aku
pikir dia sedang dalam proses pendekatan sama orang itu. “ aku hanya diam dan
langsung pulang.
Di jalan aku berhenti di alun-alun kota, aku
memang punya tempat untuk duduk sendirian. Terkadang aku bicara dengan 2 pohon
yang ada di kiri dan kanan tempat yang aku duduki.
“
Apa itu alasannya..? dan apa itu sebabnya..? ”
“ Tapi, kenapa dia sempat menerimaku. Apa
sebenarnya dia ingin membalaskan apa yang pernah aku lakukan..? ”
Aku membuang jauh-jauh pikiran negatifku, aku
ambil positifnya saja, “ Mungkin dia memang masih marah.. dan masalah orang itu
mungkin dia ingin berteman dengannya saja..? ”
Aku masih bertanya-tanya. Tiba-tiba datang
seseorang yang aku kenal sebelumnya, dialah orang yang pertama memilih tempat
yang aku duduki saat itu menjadi tempat favorit, yang hanya datang saat sedih
saja. Ya dia adalah Meli ( bukan nama asli ) mantanku. Di situ kami saling menyapa dan
bicara. Karena waktu sudah sore, amu memutuskan pulang dan meninggalkannya
sendiri, dia memegang tanganku dan berkata “ Apa kau sendirian?”
“ Jika benar, mau kah kita mengulangi apa
yang pernah kita lalui bersama. ” Aku menjawab “ Maaf aku tidak sendirian, dan
maaf aku telah mencintai orang lain.”
Sesampainya
dirumah, aku menulis catatan ku ini, dengan harapan agar orang yang kucintai
tau apa yang sebenarnya aku inginkan.
Pesan
untukmu :
“
Aku datang padamu dengan baik-baik, berharap aku bisa membuatmu tersenyum di
dekatku, ingin aku tunjukan keseriusanku dalam hubungan ini, meskipun bukan
serius seperti mencari seorang istri. Tapi, serius dalam melewati hari-hari
dengan saling menyayangi, saling menyemangati dan saling berdo’a. saling
mengingatkan dan saling tolong menolong. Aku akan menunggumu disini dengan
harapan kamu bisa melupakan kekecewaanmu dan bisa menerimaku apa adanya. ”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar